Candi Badut, Berasal Dari Sosok Raja yang Lucu

Laporan Redaksi

Malang – Candi Badut merupakan salah satu peninggalan sejarah di Kabupaten Malang dan menjadi salah satu candi tertua di Jawa Timur. Candi Badut terletak di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Nama Candi Badut berasal dari nama Liswa atau biasa dikenal dengan Raja Gajayana yang sangat suka melucu (Bahasa Jawa lucu: mbadhut), sehingga dinamakan Candi Badut. Ada juga beberapa versi mengenai penamaan nama Candi Badut, salah satunya yang diungkapkan oleh Poerbatjaraka, mengatakan bahwa nama “Badut” diambil dari nama masa kecil Raja Gajayana, Raja Kerajaan Kanjuruhan. Diketahui bahwa nama masa kecil Raja Gajayana adalah Liswa yang dalam Bahasa Jawa berarti pelawak. Versi lain juga mengatakan nama Badut diambil dari nama pohon yang tumbuh di atas reruntuhan batu candi.
Candi ini ditemukan secara tidak sengaja oleh pegawai pemerintah hindia Belanda yang bernama Mauren Brecther saat sedang melaksanakan pendataan di wilayah Malang pada tahun 1921. Saat itu kondisi candi yang sudah rusak berupa reruntuhan batu yang ditumbuhi dengan pepohonan besar. Dan pada tahun 1923 ada seorang arkeolog Belanda bernama B. DE. Haan membuat laporan mengenai tempat Candi Badut.
Candi Badut diyakini sebagai candi tertua di Jawa Timur yang didasari dengan prasasti Dinoyo berangka 683 Caka atau 760 Masehi. Saat ini prasasti Dinoyo disimpan di Museum Nasional Jakarta. Selain diperkirakan usia lebih tua dari candi lain di Jawa Timur, Candi Badut juga memiliki daya tarik dan ciri khas yaitu pahatan kalamakara yang menghiasi di depan pintu. Kalamakara di candi ini juga dibuat tanpa rahang bawah.
Candi Badut adalah tempat pendermaan dari Resi Agastya yang dibangun oleh Liswa/Gajayana yang memimpin di Kerajaan Kanjuruhan. Candi ini terdiri atas tiga tingkatan (1) Kaki Candi, yang melambangkan manusia yang masih dikuasai oleh nafsu rendah seperti ketamakan, kebohongan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hawa nafsu. (2) Badan Candi, adalah lambang dari usaha manusia untuk mengatasi nafsu keduniawian. Dan (3) Atap Candi adalah lambang dari kehidupan manusia yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan.
Bangunan tersebut terbuat dari batu andesit dan bertumpu di atas batur yang memiliki tinggi 2 meter. Batur itu tidak terlihat mewah karena tanpa hiasan relief, membentuk lobi dengan lebar sekitar 1 meter di sekitar tubuh candi. Di bagian depan sisi kanan batur terdapat sebuah pahatan yang bertuliskan dengan tulisan aksara Jawa.
Untuk tangga yang mengarah lobi di kaki candi terletak di sisi bagian barat, tepat di depan pintu masuk ke tempat utama pada tubuh candi. Untuk bagian luar dinding pengapit tangga terdapat ukiran yang sudah tidak jelas, tapi masih terlihat sedikit adanya pola-pola sulur yang memutari menggambarkan sosok seseorang yang sedang meniup seruling.
Jalan menuju masuk ke ruang utama dalam tubuh candi tersebut dilengkapi dengan dinding penampil sepanjang 1,5 meter. Pintu utamanya cukup lebar yang dihiasi dengan hiasan kalamakara di atas ambang pintu. Di tengah ruangan utama juga ada lingga dan yoni yang merupakan lambang kesuburan. Dan untuk dinding di sekitar ruangan itu terdapat relung-relung kecil yang diperkirakan awalnya berisi arca. Pada keempat sisi tubuh candi juga terdapat relung-relung yang diperindah dengan bunga dan burung berkepala manusia. Dengan waktu pendirian candi pada tahun 760 Masehi dan bentuknya yang tambun, Candi Badut secara kronologis dan struktur dipandang sebagai candi yang berlanggam seperti Jawa Tengahan.
Fasilitas yang disediakan di wisata Candi Badut, ialah 1 toilet umum dan lahan parkir, 1 tempat informasi. Berbagai jajanan juga dapat ditemukan dengan mudah jika para pengunjung merasa haus dan lapar ketika berwisata.
Jika sedang berkunjung di wisata Candi Badut ini, kita akan dapat memandang bahwa Candi ini mengarah ke arah barat dan dikelilingi oleh taman-taman dan beberapa pegunungan. Bagi yang mau mengunjungi atau berwisata tempat sejarah ini, sebaiknya datang pada jam operasional yang buka setiap hari pada pukul 08.00-16.00 WIB. Pengunjung hanya dikenakan tarif biaya seikhlasnya saja. ( sumber Ageng )