Laporan Baim
Jakarta, – Suksesnya pengelolaan museum Angkatan Laut dan kemaritiman di negara Belanda dan Inggris, membuat TNI Angkatan Laut (TNI AL) dalam hal ini Dinas Sejarah Angkatan Laut (Disjarahal) melaksanakan riset mengenai manajemen dan penyajian koleksi di Negara Inggris dan Belanda.
“Museum-museum di kedua negara tersebut mampu menyajikan konten kesejarahan yang mampu menimbulkan kebanggaan nasional sekaligus disukai publik”, ujar Kadisjarahal, Laksma TNI Dr. Hariyo Poernomo, selaku ketua Tim Riset saat melaksanakan riset di Royal Museum, Portsmouth, Inggris, Selasa lalu (27/06).
Kegiatan yang dilakukan Disjarahal di kedua negara yang memiliki tradisi kemaritiman yang kuat tersebut sangat berguna untuk melanjutkan pengembangan Museum Pusat Angkatan Laut di Surabaya. Banyak inspirasi yang berasal dari sejumlah museum bertema angkatan laut dan maritim di sana, ujarnya.
Di Belanda, Tim mengunjungi Koninklijk Marine Museum, Den Helder Belanda yang merupakan museum Angkatan Laut Kerajaan Belanda dan Scheepvaart Museum Amsterdam yang merupakan sebuah museum maritim. Sedangkan di Inggris ada tiga museum yang menjadi objek riset tata pamer dari tim riset yaitu Imperial War Museum di London, Royal Navy Museum, HMS Victorious Museum dan HMS Mary Rose Museum di Portsmouth.
Museum-museum tersebut memiliki kekuatan dalam koleksi, keunggulan dalam tata pamer yang menggabungkan aspek artistik dengan teknologi digital, dan cara pemasarannya ke publik. Tidak hanya itu eksistensi museum juga terintegrasi dengan sektor lain seperti transportasi dan UMKM.
“Kami banyak mendapatkan inspirasi dari tampilan koleksi benda-benda bersejarah di sana. Bahkan sisa reruntuhan kapal perang kuno dan pesawat terbang yang tertembak dalam perang pun mampu mereka tampilkan secara sangat apik di depan publik”, ungkap Kadisjarahal.
Tim Disjarahal juga mendapatkan pelajaran berharga tentang pengeloaan floating museum di Den Helder, Amsterdam, London, dan Portsmouth yang merupakan kapal asli dan masih terawat baik. Marine Museum di Den Helder memiliki dua kapal asli yang diapungkan yaitu kapal tempur jenis ironclad Hr. Ms. Scorphioen buatan tahun 1868 dan kapal penyapu ranjau Hr. Ms. Abraham Crinjssen buatan tahun 1936 serta sebuah kapal selam buatan tahun 1962 Hr. Ms. Tonijn yang dipajang di daratan.
Sementara itu di Museum Royal Navy Museum memiliki koleksi HMS Victory yang dikomandani Laksamana Nelson terlibat dalam Pertempuran Trafalgar 1805 dan kapal perang bertenaga hibrid uap dan layar, HMS Warrior, yang diresmikan tahun 1861. Hal ini menarik untuk dikaji karena sampai saat ini Indonesia belum memiliki jenis museum dan koleksi seperti itu.
Salah satu objek riset museum yang menjadi perhatian Tim Disjarahal adalah museum reruntuhan kapal yang berada di Portsmouth yaitu Mary Rose Museum. Mary Rose merupakan kapal layar Kerajaan Inggris yang tenggelam dalam pertempuran melawan armada Prancis di perairan utara Isle of Right pada tahun 1545. Kapal tersebut berhasil diangkat pada tahun 1982 dan dibuatkan museum khusus dengan display yang memukau dan narasi historis yang lengkap.
Kadisjarahal menyatakan shipwreck museum bisa dikembangkan di tanah air mengingat banyaknya reruntuhan kapal bernilai sejarah yang masih berada di dasar laut seperti kapal Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Gajah Mada yang tenggelam dalam Pertempuran Teluk Cirebon 5 Januari 1947.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menyampaikan bahwa sejarah perjalanan TNI Angkatan Laut senantiasa mengiringi perkembangan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengalami banyak sekali peristiwa-peristiwa, yang bisa menjadi pedoman bagi arah pembangunan bangsa Indonesia, khususnya bagi TNI Angkatan Laut.(Dispenal)