Laporan Redaksi
Jakarta – Pemerintah telah melakukan pengadaan impor beras sepanjang tahun 2023. Tercatat, Indonesia telah impor beras sebanyak 3,5 juta ton untuk pasokan cadangan beras pemerintah (CBP).
Terkait hal itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan alasan Indonesia melakukan impor beras, yaitu karena produksi mengalami penurunan.
Amran menyebut, penurunan produksi beras nasional pada 2022 hingga 2023 ini disebabkan oleh cuaca panas ekstrem atau El Nino. Sebelumnya produksi beras Indonesia mencapai 31 juta ton, tahun ini diprediksi hanya 30 juta ton.
“Realitas produksi beras Nasional Indonesia dulu kita pernah swasembada sekarang terpaksa harus impor produksi beras nasional periode 2022-2023 mengalami penurunan akibat ancaman El Nino dan dari sebelumnya 31 juta ton dan diperkirakan turun menjadi 30 juta ton pada tahun 2023,” kata Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, di Gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat, Senin (13/11/2023).
“Kondisi ini memaksa kita impor beras sebanyak 3,5 juta ton (2023) untuk cadangan pangan pemerintah,” tambahnya.
Pada tahun ini saja, kata Amran Indonesia mengimpor beras sebanyak 3,5 juta ton. Rinciannya 2 juta ton sudah diterbitkan izinnya sejak awal 2023 sedangkan 1,5 juta ton adalah tambahan. Impor sebanyak 3,5 juta ton dilakukan untuk cadangan beras pemerintah.
Sementara untuk tahun depan, Indonesia berpeluang impor beras lagi sebanyak 5 juta ton.
“Tahun ini, Indonesia memutuskan untuk mengimpor 3,5 juta ton beras dan berpeluang mencapai 5 juta tahun 2024. Untuk itu perlu segera dilakukan upaya khusus percepatan peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,” ungkapnya.
Arman melanjutkan, kondisi ini sebenarnya memberikan peringatan kepada pemerintah soal krisis pangan. Maka dari itu, pemerintah akhirnya memutuskan untuk impor yang dananya diambil dari realokasi anggaran internal dan eksternal senilai Rp 1 triliun,
“Dari Rp 1 triliun realokasi itu masing-masing sebanyak Rp 934 miliar akan digunakan oleh Ditjen Tanaman Pangan untuk penyediaan benih padi dan jagung,” kata dia.
Kemudian, refocusing anggaran Rp 1 triliun akan digunakan untuk pengadaan alsintan sebesar Rp 324 miliar, bimbingan teknis Rp 30 miliar dan insentif kepada penyuluh Rp 36 miliar.