Opini Publik

LISA dan Pendidikan Profil Pelajar Pancasila

Oleh: Kevin Sabri Guru SMPN 8 Pangkalpinang dan Penggiat Literasi Kosada Babel

Pelajar Pancasila merupakan pendidikan atas perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang mengharuskan memiliki kompetensi global serta berTeknologi dalam perubahan pembelajaran. Yang kemudian berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama yaitu Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Maha Esa, dan Berakhlak mulia, berkebenekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif yang menjadikan kualitas peserta didik yang berkarakter. Kita sama-sama mengetahui bahwa profil pelajar Pancasila merupakan bukti kemerdekaan belajar yang hari ini dilaksanakan di berbagai sekolah-sekolah. dengan berbagai macam materi dan pelaksanaannya. Pendidikan profil pelajar Pancasila bila kita tela’ah ternyata begitu menarik dan relevan terhadap pendidikan melenial sekarang.

Pendidikan pelajar Pancasila menciptakan perubahan baru dalam pembelajaran masa kini, sehingga menjadikan program ini sangat bermanfaat terhadap guru dan peserta didik. Dengan berbagai metode pembelajaran terbaru yang di sajikan dengan unik oleh guru dan diterapkan oleh berbagai peserta didik. Hal ini juga sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi; pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pro dan kontra terjadilah di berbagai kalangan masyarakat sekolah antara kurang efektif nya pendidikan kurikulum merdeka ini dengan keadaan yang terjadi di dunia pendidikan saat ini.
metode unik yang di terapkan pemerintah di dalam dunia pendidikan ini merupakan sajian yang menciptakan peserta didik yang relevan aktif dalam mencari kehobian dengan tujuan mengembangkan kreativitas yang begitu beragam. Yang dahulunya kita sebagai guru sering beranggapan bahwa kalo tidak paham dengan satu mapel terkadang kita sudah beranggapan bahwa peserta didik ini justru tidak mengerti.

Tetapi dengan adanya pendidikan profil pelajar Pancasila ini justru membuat perubahan dari diri siswa dan metode mengajar lebih relevan beragam di setiap guru mapel. Karna setiap yang di salurkan oleh peserta didik terkadang memberikan kreativitas yang berbeda-beda. Namun ada kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam pendidikan profil pelajar Pancasila ini. Dengan kelebihan dan kekurangan ini lah kita mesti berbenah diri dari pembelajaran K.13 yang memang kita angap hanya satu arah. Maka dengan pendidikan profil pelajar Pancasila ini kita lebih banyak menemukan peserta didik menemukan jati diri dalam dunia pembelajaran.

Kekurangan pendidikan profil pelajar Pancasila ada beberapa yang menjadi PR bersama. Terlepas pada umumnya yang mengharuskan adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai. Terutama kebutuhan dana yang memang dibutuhkan di setiap sekolah-sekolah. Kemudian menejemen yang memang harus terukur dan terarah dari koodinator sekolah yang di tunjuk sebagai kegiatan pendidikan profil pelajar Pancasila yang di sebut sebagai pendidikan kurikulum merdeka. Yang kemudian adanya pendidikan profil pelajar Pancasila ini justru bertambahnya administrasi guru yang semakin banyak hal ini mesti menjadi beban guru yang semakin di penuhi dengan administrasi. Kelebihan pendidikan profil pelajar Pancasila yang di sebut sebagai kurikulum merdeka ternyata dalam pembelajaran nya lebih mencakup luas dan terarah serta memiliki kebebasan dalam mengajar. Tetapi tidak menurunkan intensitas dari pendidikan profil pelajar Pancasila tersebut. Dengan berbagai metode pembelajaran yang kita gunakan di setiap ruang-ruang kelas dan ruang lingkup di lingkungan sekolah bahkan di luar sekolah. Dengan pembelajaran yang sangat relationship dalam menciptakan kesinambungan antara program pendidikan profil pelajar Pancasila dengan guru serta perserta didik yang kreatif dan bernalar kritis.
Konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang holistik, dimana murid atau peserta didik dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah rasio, olah rasa, olah jiwa dan olah raga melalui proses pembelajaran dan lainnya yang berpusat pada murid dan dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan.

Hal ini seiring dengan empat pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD) bahwa pendidikan dan pengajaran memiliki arti yang berbeda. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa Pendidikan (opvoeding) adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sehingga pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas- luasnya

LISA, ( Lihat Sampah Ambil). Bentuk dari kesadaran kita dalam melakukan sesuatu atau kegiatan yang kita lakukan secara tidak sadar sehingga ,menimbulkan sampah yang ada. Maka program LISA ini akan menciptakan kesadaran diri dalam melihat sampah di lingkungan terutama lingkungan sekolah yang menjadi acuan kurikulum merdeka. Dari tingkat SD-dengan tingkat SMK/SMA. Yang melaksanakan kurikulum merdeka pada masa modern yang semakin berteknologi. Maka setiap pendidik, siswa dituntut untuk memberikan konteribusi yang baik dalam melaksanakan kurikulum merdeka. Bukan hanya konteribusi yang di berikan setiap pendidik ataupun siswa di sekolah tetapi mereka justru harus sigap melakukan kurikulum merdeka dengan cara menciptakan aksi nyata yang relevan sebagai metode baru dalam kurikulum merdeka.
Dengan hal ini kita menyadari sampah menjadi PR kita bersama sebagai pendidik maupun siswa yang ikut serta terlibat di dalam kurikulum merdeka. Maka saya selaku pendidik memberikan aksi nyata dengan cara melakukan program LISA ini dengan baik di lingkungan sekolah. agar saling menjaga, menyadari bahwa lingkungan bersih juga bagian dari merdeka belajar saat ini. program LISA ini juga bukan hal yang asing dilakukan disekolah. Tetapi sudah jauh lama dibentuk. Maka hari ini kita akan munculkan kembali dengan cara melakukan membentuk karya dengan berbagai jenis sampah yang ada di lingkungan termasuk Bank Sampah.

LISA juga mendorong upaya daur ulang. Siswa-siswi bekerja sama dengan pihak sekolah dan komunitas setempat untuk memastikan bahwa sampah yang dapat didaur ulang dipisahkan dengan benar. Ini merupakan langkah proaktif dalam mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan sekolah. karna dampak dari kurikulum merdeka saat ini tak terlepas dari kemunculan sampah. Dengan hal ini mari kita bekerja bersama dalam mewujudkan LISA di sekolah dengan secara baik. Entah itu melakukan pengumpulan sampah yang memang bisa di manfaatkan secara baik untuk menciptakan inovasi dan kreativitas siswa dan pendidik maka harus dilakukan bersama-sama.
Jangan sampai hasil kurikulum merdeka menjadi sia-sia belaka, ketika kita membiarkan sampah yang di hasilkan kurikulum merdeka tidak bermanfaat. Maka mulai hari ini mesti kita berfikir bersama sama dampak dari hal tersebut ke masa depan yang cermerlang untuk anak didik, sekolah, serta bangsa dan negara kita. Kegiatan ini tidak hanya mencakup area sekolah, tetapi juga melibatkan kerja sama dengan masyarakat sekitar. Melalui kampanye “Lihat Sampah Ambil,” siswa-siswi berusaha menyadarkan warga sekitar untuk ikut berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Semoga keberhasilan “Lihat Sampah Ambil” di SMPN 8 Pangkalpinang dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengadopsi inisiatif serupa dalam upaya bersama kita menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan sekolah.