WABAH CORONA JADI PELUANG TARIK MINAT MASYARAKAT KE PRODUK UMKM

Laporan Redaksi

JAKARTA – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop) Teten Masduki mencari peluang dengan merebaknya wabah virus corona. Kejadian ini menurutnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan eksistensi produk UMKM menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

Selain itu, virus corona juga dinilai bisa memberi peluang dalam meningkatkan penjualan produk UMKM di Indonesia, serta mengganti produk impor, terutama dari China dengan produk UMKM.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop) Teten Masduki.

 

“Kita sedang (memilah barang impor apa saja), terutama konsumsi yang bisa (digantikan) oleh produk UMKM,” ujar Teten, di Kemenkop, Jakarta, Rabu (5/2).

Selain itu, dengan adanya batasan impor, Teten juga menilai itu akan menjadi hal yang baik dalam menggeser konsumsi masyarakat ke produk UMKM. “kita (Kemenkop) mau geserlah (pembelian masyarakat), daripada minum soda, lebih baik minum kopi,” ujar Teten.

Sementara untuk bawang putih yang diimpor dari China, Teten menilai hal itu masih tetap perlu dilakukan, karena tingkat konsumsi kebutuhannya mencapai 500.000 ton per tahun.

“Bawang putih itu kalau di kita (Indonesia), produksinya tidak sampai, (karena) tingkat kebutuhannya 500.000 ton setahun. Kita (petani Indonesia) paling (bisa memproduksi sebanyak) 50.000 ton setahun, 10 persen (dari total kebutuhan masyarakat),” tandas Teten.

Harga bawang putih impor dari China di pasar tradisional di Makassar melambung tinggi dengan kenaikan nyaris mencapai 100 persen atau dua kali lipat. Seperti yang terjadi di Pasar Terong, harga bawang putih sebelumnya Rp30.000 per kilogram, kini menjadi Rp55.000 per kilogram.

Haji Ancu, (40), salah seorang penjual bawang putih eceran yang ditemui di Pasar Terong mengatakan, harga bawang putih dia jual sesuai harga yang dilepas oleh penjual besar.

“Saat ini penjual besar lepas harga bawang putih Rp50.000 per kilogram maka saya jual eceran Rp55.000 per kilogram.

Sebelumnya harga masih Rp30.000 per kilogram. Harga naik sejak dua pekan lalu, mungkin gara-gara bawang putih dari China sudah tidak boleh masuk karena virus corona itu jadi persediaan berkurang. Karena rata-rata bawang putih yang dijual di sini itu dari China,” tutur Haji Ancu, Rabu, (5/2).

Dia mengaku beli bawang putih ke penjual besar itu tiap tiga hari sebanyak 10 karung isi masing-masing 20 kilogram. Namun, karena harga saat ni tinggi, Ancu juga menurunkan pembelian.

“Harapan kami, bawang putih tetap banyak masuk supaya harga tidak tinggi. Soal virus corona, itu urusan Menkes,” ujar Haji Ancu.

Sementara itu, Daeng Arsyad, (43), salah seorang pemilik warung coto makassar di kawasan Pasar Terong mengaku cukup kewalahan dengan naiknya harga bawang putih. Padahal bawang putih salah satu bahan utama bumbu coto.

“Iya harga naik tapi tetap dibeli karena bawang putih harus ada. Soal harga coto, tetap. Saya tidak naikkan karena pembeli nanti yang lari,” ujar Daeng Arsyad yang berharap harga bawang putih bisa normal kembali.