Stafsus BPIP: Pentingnya Etika Bermedsos di Eragitalisasi Bisa Mendukung Pengarusutamaan Pancasila

Laporan Baim,Gen

MEDAN – Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia Antonious Benny Susetyo menyatakan pentingnya etika dalam bermedia social di era digitalisasi dapat mendukung pengarusutamaan Pancasila, pernyataan tersebut disampaikannya pada acara jejaring panca mandala provinsi sumatera utara di Hotel Radisson, medan sumatera utara (31/3).

Acara tersebut dihadiripula oleh Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono, Kepala Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi,Komunikasi dan Jaringan Ir Prakoso MM, serta beberapa pejabat BPIP dan Perwakilan jejaring Pancamandala di Kapubaten/Kota serta Provinsi Sumatera Utara.

Dalam Paparanya, Antonious Benny menjelaskan Mengapa pentingnya etika digunakan karena dengan etika itu sesuatu yang baik dijalankan dan yang buruk ditinggalkan, selain itu etika itu penting maka agar orang itu bisa membedakan yang baik dan buruk.

Ia menceritakan dalam permasalahan di era digital ini adalah bagaimana terjadi manipulasi fakta karena di media sosial itu seringkali kita ada di ruang hampa dan tidak merasa berdosa serta tidak merasa bersalah dalam mengatai orang lain.

”Ruang publik adalah hampa dan yang terjadi adalah kegaduhan.Padahal ruang publik itu tidak steril, ruang publik itu tidak berarti bebas.Sebagaimana misal dalam menggunakan HP itu ada etika nya karena HP itu adalah alat komunikasi bukan alat penghancur kemanusiaan dan menggunakan kaidah moral dalam penggunaaanya” Ujar Beny.

Beny menambahkan bahwa Di Era digitalisasi itu media pada awalnya menggunakan internet sebagai sarana surat menyurat yang digunakan untuk transaksi dan nilai ekonomis.

”Ketika penggunaan ekonomis maka penggunanya menjadi diperluas dan tempat ruang waktu tidak perlu lagi.Orang tidak lagi berjumpa dan tidak lagi ada persahabatan melalui perjumpaan serta semua menjadi personal. yang dibahayakan dari internet adalah penyalahgunaan, dimana marak kasus penipuan selebgram.orang kita mudah tertipu karena mudah terkecoh karena menilai sesuatu dari yang terlihat saja tanpa mengetahui yang sebenarnya. Maka bahaya dari ruang digital ini adalah kita terkecoh seseorang yang berbeda dengan kenyataan,”Ungkapnya.

Lebih lanjut Beny menjelaskan bahwa definisi komodifikasi adalah perubahan nilai guna menjadi nilai tukar.” Internet mempromosikan segala hal berdasarkan komodifikasi ini.Internet ini membuka pintu jendela ketika peristiwa itu menjadi berita.Dengan keunggulan itu sebuah daerah terpencil bisa dipromosikan, namun ketika isu mengenai kebencian sara dan konflik di gulirkan disini maka semua itu akan menjadi konflik.jika reaksi kita setiap hari dikaitkan dengan narasi kebencian maka kita akan gagal, kecuali selalu menghiasi media social kita dengan narasi kebaikan dimana salah satu manfaatnya adalah akan tercipta ruang yang menjadi potensial untuk mengembangkan suatu daerah,”tambah Beny.

Menurut Beny ada beberapa jenis komodifikasi diantaranya isi media,khalayak,dan komidifkasi pekerja.”dengan komidifikasi ini nantinya akan menciptakan jaringan relasi,ini yang menjadikan nilai guna menjadi nilai tukar.Dampak negatif media sosial adalah diantaranya adalah menjelekan orang lain dan mengadili orang lain meskipun kita tidak belajar tapi biasanya mengatai orang lain itu malah bikin sebuah konten laku keras.kebencian muncul karena algoritma digital kita dan menyulut provokasi .Eropa hancur karena media sosial .sentimen bisa memunculkan algoritma,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa kita sebagai bangsa yang merdeka jangan sampai dikendalikan oleh teknologi.”Orang bisa kehilangan kreatifitas karena bergantung pada teknologi.kalau kita tidak memiliki budaya kritis dan kemampuan menggunakan teknologi maka kita akan menjadi robot dalam budaya kita.media sosial adalah alat merajut kebersamaan dan menjga NKRI,Konten Media Sosial harus mengarusutamakan Pancasila,” tegas Beny

“Dalam Sila Pertama terkandung nilai Ketuhanan yang memverifikasi dengan keadilan. Jika orang mencintai Tuhan maka dia pasti akan Mencintai sesamanya. Sukarno pernah menyatakan bahwa agama yang berkebudayaan itu adalah agama yang welas asih dan menjauhkan kita dari keserakahan. Orang yang mencintai kedamaian itu menjauhi perdebatan. ornag yang bersih akan suka bergotong royong,”Ujarnya.

Bagaiamana kita menggunakan media secara bijak yaitu dengan tepat waktu dan keluarga mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anaknya.

”Jangan sampai kita kehilangan kebudayaan membaca dan literasi agar anak anak tidak kehilangan kemampuan berfikirnya. Bangsa yang tidak memiliki kesadaran akan teknologi hanya alat maka bangsa itu menjadi bangsa terjajah,”Tutupnya.