SESJEN WANTANNAS KE PT DAHANA, TINJAU KESIAPAN KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN

Laporan Baim

Jakarta – Dalam rangka meninjau kesiapan industri pertahanan guna mendukung kemandirian khususnya Alpalhankam, Sekertaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Sesjen Wantannas RI) Laksdya TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H., M.Tr.(Opsla) bersama Tim melaksanakan kunjungan ke kawasan Energetic Material Center PT DAHANA (Persero) di Subang, Jawa barat pada Jumat, (5/8)

Rombongan Wantannas RI diterima langsung Direktur Utama DAHANA Wildan Widamar yang didampingi Direktur Teknologi & Pengembangan.

Dirut Wildan dalam paparannya menyampaikan bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan PT.DAHANA terkait Fasilitas dan kemampuan serta produk yang dihasilkan seperti roket R-HAN 450 roket R-HAN 122B dan BOM P-100L, P-250L, P-500L yang dikerjakan bekerjasama dengan BUMN dan BUMS, PT.DAHANA fokus pada bagian propelan sebagai bahan peledak dan pendorong.

Propelan karya PT DAHANA merupakan bahan pendorong peluru atau roket, yang menjadi komponen utama munisi bagi kebutuhan Munisi Kaliber Kecil (MKK) dan Munisi Kaliber Besar (MKB), maupun bahan bakar roket. Selama ini masih belum memilliki kemandirian atau dapat dikatakan kebutuhan di dalam negeri masih diimpor dari Luar Negeri, sehingga membebani devisa negara dan rawan embargo. Dengan kondisi tersebut maka pembangunan Industri propelan menjadi salah satu dari 7 Program Unggulan Nasional yang harus segera dibangun untuk mewujudkan kemandirian Industri Pertahanan.

Salah satu bentuk keberhasilan perusahaan ini adalah telah 5 kali ekspor, dengan kapasitas 250 Ton Megadrive Cartridge Emulsion 32mm x 700mm pada setiap pengirimannya, ke Johnex Explosives di Australia dimana hal tersebut dihasilkan dari keunggulan persaingannya dengan negara negara pabrikan bahan peledak lainnya.

Pada saat sesi diskusi tanya jawab muncul hal menarik terkait project nasional lainnya yaitu pembuatan propelan diantaranya pembangunan pabrik bahan baku dan fasilitas pendukung di dahana yang telah dibangun oleh Kemhan RI seperti pabrik nitrogliserin, denitration unit, acid plant (nacsac) serta fasilitas pendukung industri propelan seperti gardu trafo listrik, water treatment plant, laboratorium dan fasilitas uji balistik serta utilitas lainnya terlihat dalam keadaan terawat namun belum difungsikan sejak selesai dibangun tahun 2019 karena menunggu pembangunan pabrik spherical powder belum terwujud.

Menanggapi hasil diskusi saat kunjungan, Sesjen Wantannas, antara lain menyampaikan dengan mengutip pernyataan Bung Karno berkaitan tentang pengajaran berdikari, bahwa kemandirian industri pertahanan merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pertahanan negara yang kuat, maju dan mandiri. Menurutnya, industri yang kuat diharapkan mampu memberikan multiplier effect baik terhadap pembangunan ekonomi maupun penguasaan teknologi bagi bangsa Indonesia.

PT DAHANA dapat meningkatan nilai TKDN Detonator dari 14% menjadi 50%, Menjadi industri energetic materials terunggul di kawasan Asia Tenggara, memiliki produk yang mampu bersaing diluar negeri namun ironisnya data impor bahan peledak masih sangat tinggi khususnya yang digunakan perusahaan perusahaan pertambangan (Mining) di indonesia. Kebutuhan peralatan tersebut dapat dihitung berapa kebutuhan bahan peledak dalam negeri dan berapa kemampuan PT.DAHANA memproduksi, khusus untuk propelan.

Pada kesempatan ini, Sesjen menegaskan bahwa Indonesia harus segera mandiri berkaitan propelan karena itu merupakan bahan baku utama atau kritis untuk munisi.

Sesjen menambahkan bahwa secara geografis PT.DAHANA banyak memiliki keunggulan memiliki lahan luas, dekat dengan akses tol, bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban serta dekat sumber bahan baku pendukung untuk itu hal dasar yang dibutuhkan adalah komitmen, konsistensi dan persistensi dari semua pemangku kepentingan agar roadmap menuju kemandirian dapat tercapai. (Dispen Wantannas).