Laporan Baim
Jalesveva Jayamahe
Jakarta – Usai melaksanakan kunjungan kerja ke negara-negara sahabat dalam rangka tugas diplomasi untuk membangun kepercayaan TNI Angkatan Laut (TNI AL) di mata dunia, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono didampingi Ketua Umum Jalasenastri Ny. Vero Yudo Margono disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk pulang kampung layaknya rakyat pada umumnya untuk melepas rindu dan sekaligus menghibur warga kampung halamannya dengan nonton pagelayan wayang kulit semalam suntuk di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Sabtu kemarin (22/10) kemarin.
Pada pagi harinya sebelum acara pagelaran wayang kulit dilaksanakan, Laksamana Yudo bertemu dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat dan teman masa kecilnya dengan membagikan paket sembako kepada warga masyarakat. Acara tersebut disambut antusias oleh warga Madiun. Demikian juga dengan kegiatan hiburan pagelaran wayang yang dilaksanakan selama semalam suntuk. Masyarakat Madiun yang memiliki tradisi kental terhadap kesenian wayang berbondong-bondong menyaksikan acara tersebut.
Pagelaran wayang kulit yang juga dapat disaksikan langsung melalui live streaming YouTube official TNI AL ini didalangi oleh Ki Tantut Sutanto dengan mengambil lakon “Bima Suci”. Pagelaran ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa cinta dan kepedulian pemimpin TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono atas budaya yang sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Selain itu, keinginan Laksamana Yudo untuk menumbuhkan kecintaan di kalangan generasi muda, sehingga wayang kulit yang merupakan budaya identitas bangsa Indonesia ini dapat terjaga kelestariannya dan tidak tergerus oleh budaya asing yang semakin menggerogoti. Pada kesempatan tersebut Laksamana Yudo menerima cinderamata perlengkapan tarian Dongkrek, yang merupakan asli kebudayaan Madiun.
Kasal dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa, dunia telah mengakui bahwa wayang kulit adalah salah satu warisan budaya tak benda dunia dari Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa wayang kulit memang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Kategori budaya tak benda mengindikasikan bahwa yang paling berharga dari wayang kulit bukan fisiknya, melainkan cerita-cerita yang terkandung di dalamnya.
“Cerita wayang kulit sarat dengan ajaran-ajaran kehidupan, sedangkan tokoh-tokoh dalam pewayangan menjadi penggambaran berbagai sifat manusia. Keduanya diramu dalam sebuah lakon dan menjadi karya budaya yang sangat luhur,” ujar Kasal yang dikenal juga sebagai Laksamana Budayawan.
Lebih lanjut disampaikan, jika dunia mengakui keluhuran wayang kulit sebagai budaya Bangsa Indonesia, maka sebagai pemilik semestinya harus merasa bangga dan jauh lebih mencintainya. Tetapi saat ini betapa banyak masyarakat Indonesia memilih budaya asing ketimbang kesenian wayang kulit. “Hal ini menjadi tantangan untuk kita semua agar mengembalikan kecintaan masyarakat terhadap budaya sendiri yang perlu dilestarikan,” tegas Kasal.
Mengakhiri sambutannya, Kasal berharap dengan menyaksikan pagelaran ini semua kalangan mulai dari generasi tua maupun muda dapat memumpuk rasa cinta, agar semuanya dapat bersama-sama menjaga kelestariannya sekaligus mengambil pelajaran nilai-nilai filosofi kehidupan sebagai “pitutur” (nasehat atau peringatan) dalam kehidupan sehari-hari. (Dispenal)