Diduga Transshipment Illegal di ZEE, Bakamla RI Amankan 2 Kapal Asing

Laporan Baim

Jakarta,- Diduga melakukan aktivitas atau kegiatan transshipment illegal di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, KN Pulau Marore 322 Bakamla RI yang tergabung dalam Operasi Jalanusa X, berhasil melakukan penindakan terhadap 2 (dua) kapal asing masing- masing, MT. Arman 114 berbendera Iran dan MT STinos berbendera Kamerun. Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia saat prescom yang berlangsung di Kantor Pusat Bakamla Jakarta Pusat. Selasa (11/07/23).

Hadir pula dikesempatan tersebut, Direktur Data dan Informasi Laksma Bakamla Frandinanto, S.T., Sestama Bakamla RI Laksda Bakamla Tatit E. Witjaksono, S.E., M.Tr. (Han), Deputi Opslat Laksda Bakamla Bambang Irawan, S.E., M.Tr. Opsla., dan Direktur Operasi Laut Laksma Bakamla Friche Flack, M.Tr.Opsla.

Kepala Badan Keamana Laut RI Laksamana Madya TNI Dr. Aan Kurnia menyampaikan, Informasi terjadinya transshipment oleh kedua kapal tersebut didapatkan dari Puskodal Bakamla bekerja sama dengan Instansi terkait dan diteruskan kepada KN Pulau Marore 322 untuk dilakukan pemeriksaan dilapangan.

“Saat tiba di lokasi, kedua kapal tersebut tertangkap tangan sedang melakukan kegiatan transshipment minyak mentah sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh Puskodal Bakamla kepada KN. Pulau Marore 322,” kata Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia.

Kedua kapal tersebut tidak merespon komunikasi dan berupaya menghindari proses pemeriksaan dengan melarikan diri dalam posisi selang masih menempel (proses transshipment tetap berlangsung), sehingga dilakukan pengejaran seketika hingga memasuki wilayah ZEE Malaysia.

“Dengan adanya kerja sama yang baik antara Bakamla dengan Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM), KN Pulau Marore 322 diijinkan melakukan hot pursuit oleh APMM ke ZEE Malaysia. Hal ini merupakan implementasi kerja sama yang baik antara coast guard di ASEAn sebagaimana telah dibangun melalui mekanisme ASEAN Coast Guard Forum (ACF),” ungkapnya.

Pada proses upaya penghentian, kedua kapal melakukan break away untuk MT ARMAN 114 bergerak kearah Barat Laut, sedangkan MTS TINOS bergerak ke Utara. Dengan kondisi tersebut KN Pulau Marore 322 fokus kepada MT ARMAN 114 yang diduga sebagai kapal pemberi atau penyalur.

Dalam proses penghentian, Bakamla RI dibantu oleh APMM dengan menurunkan pasukan Khas Maritim Malaysia menggunakan helikopter yang berkolaborasi dengan tim Visit Board Search and Seizure (VBSS) Bakamla.

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap MT ARMAN 114 didapat bahwa :
1) Kapal Berbendera Iran;
2) Nahkoda berkewarganegaraan Mesir;
3) ABK berjumlah 28 orang berkewarganegaraan Suriah dan terdapat 3 orang penumpang (istri dan anak Security Officer); dan
4) Kapal bermuatan Light Crude Oil (LCO) 272.569 metric ton.

Berdasarkan fakta di tempat kejadian perkara, ditemukan bahwa MT ARMAN 114 melakukan perbuatan melawan hukum dengan modus operandi mematikan sistem informasi pelayaran (AIS), spoofing AIS (data AIS kapal MT ARMAN berada di Laut Merah), menggunakan wilayah ZEE sebagai tempat transshipment illegal, dan tidak mengibarkan bendera kapal.

“Adapun pelanggaran yang dilakukan oleh kedua kapal tersebut yaitu:
1) Tidak menyalakan Automatic Identification System (AIS), (Status MT ARMAN 114 berada di Laut Merah);
2) Diduga melakukan transhipment illegal/tanpa ijin di ZEE Indonesia;
3) Diduga melakukan dumping;
4) Tidak mengibarkan bendera kebangsaan;
5) Tidak memiliki port clearance; dan
6) Tidak patuh (non compliance) pada penegak hukum,” jelas Aan.

Hasil pemeriksaan terhadap MT ARMAN 114, dapat diduga telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam :

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang ZEE Indonesia;

2) Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Perundang-undangan dibidang Pelayaran lainnya; dan

3) Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” tegasnya.

(Hms Bakamla RI)