Dalam Aksi tersebut berlangsung karena diduga pihak kampus bekerja tidak sesuai dengan mekanisme yang ada, sehingga membuat resah para mahasiswa yang sedang melanjutkan pendidikan di kampus tersebut, selain itu, salah satunya adalah penerapan sistem kuliah online, yang di mana sebagian mahasiswa belum memiliki hp androit, serta sebagiannya lagi yang terjangkau jaringan internet, atau terbatas jaringan internet di daerah mereka yang tinggal.
Sementara itu, pergantian rektor universitas muhammadiyah sorong yang berlangasung pada beberapa bulan yang lalu, dalam hal ini rapat senat terbuka Pimpinan Pusat Muhammadiyah PPM yang tertuang dalam Surat Keputusan SK nomor 2935/KEP/10/D/2020 tentang pengangkatan rektor universitas muhammadiyah sorong, hal ini juga di duga akan berdampak konsitusi terhadap para mahasiswa aktifis yang berlatar belakang organisasi ekstra kampus, antara lain adalah OKP/OKPI, yang terdiri dari HMI, PMII, GMKI, GMNI, PMKRI, serta organisasi daerah lain yang di dalamnya mahasiswa yang berasal dari UMS.
Informasi yang Awak media dapatkan dilapangan dari beberapa masa aksi mengenai pergantian rektor UMS masa jabatan 2020/2024, tersebut, apabila tidak ada tanggapan maupun klarifikasi dari pihak pimpinan pusat muhammadiyah untuk segera mencabut kembali keputusan yang dikeluarkan, kalau tidak maka, kampus univerasitas muhammadiyah sorong akan di lackdown oleh masyarakat yang punya tanah, itu artinya mahasiswa yang sudah selesai yudisium, K2N, maupun yang masih kuliah, mereka tidak akan kuliah lagi karen kampus sudah ditutup, begitupun dengan mahasiswa semester akhir yang mau wisudah pada bulan ini. Mahasiswa yang di bawah semester 2, 3, sampai seterusanya bahkan mahasiswa yang mau wisudah itu di kemanakan, yang menjadi korban adalah mahasiswa, siapa yang betanggung jawab, tegas presiden mahasiswa dalam orasi ilmiahnya. lanjut
“Saya selaku ketua BEM universitas muhammadiyah sorong meminta kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa agar ikut andil mengambil bagian dalam momentum aksi ini, karena ini bukan masalah pribadi, bukan masalah seseorang, dan bukan juga untuk masalah satu kelompok, tapi ini masalah kita kita semua rekan-rekanku, ini masalah semua mahasiswa yang akan menjadi korban di kampus ini, apalagi teman-teman mahasiswa perantau yang orang tuanya sudah berharap penuh pada mareka yang mengejar S1, namun apa yang terjadi jika kampus itu sampai di tutup oleh masyarakat yang punya tanah ini, oleh sebab itu, saya berharap kepada teman-teman semua agar mari kita sama-sama bersatu padu untuk melawan kelompok-kelompok yang sudah selingkuh di belakang kita, olehnya itu, mari kita tuntaskan keadilan ini terhadap oknum yang sudah membodohi kita dalam kampus ini. “Tutup Abu Kelian selaku presiden mahasiswa UMS.