Laporan jurnalis Ibrahim
Posberitanasional.com, 04/6/2020, Pangkalpinang –Seorang Jurnalis Kontributor TVRI di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung (Babel) diduga mengalami tindakan intimidasi saat sedang melakukan peliputan anak buah kapal (ABK) terkait wabah virus Corona. Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pengurus Daerah Bangka Belitung menyesalkan tindakan para oknum tersebut.
“IJTI sangat menyesalkan tindakan bar-bar dan tidak rasional yang dilakukan para oknum ABK dan nahkoda yang sudah menciderai kekebasan pers dan hak sipil masyarakat untuk mendapatkan informasi,” jelas Ketua IJTI Babel Joko Setyawanto saat dikonfirmasi, Kamis (4/6/2020).
Peristiwa itu dialami oleh Hamdani saat melakukan peliputan evakuasi 12 anak buah kapal (ABK) tag Boad berikut nahkodanya di wisma karantina COVID-19 Bangka Barat, Rabu (3/6/2020) kemaren. Ke-12 ABK tersebut diduga kontak langsung dengan Kapal Keruk Singkep PT Timah Tbk yang beberapa karyawannya dinyatakan positif Corona hasil swab.
Ditegas Joko, IJTI Babel mendesak agar para oknum ini diproses sesuai ketentuan hukum yg berlaku dengan mengedepankan UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers.
“IJTI Pengda Babel juga sudah berkoordinasi dengan pengurus pusat IJTI dan Dewan Pers untuk mendorong penyelesaian insiden memalukan ini secara tuntas,” tegas Joko.
Sementara itu, Hamdani yang diduga mengalami intimidasi oleh oknum ABK dan nahkoda mengatakan kejadian itu tempatnya di luar ruangan bukan di dalam.
“ABK dan nahkoda ini sedang dilakukan interview oleh petugas dan posisi saya ambil gambar berjarak 20 meter. Tiba-tiba ada teriakan (jangan diliput) dari salah satu petugas dengan nada tidak sopan,” kata Hamdani.
Teriakan tersebut, lanjut Dani, sontak membuat reaksi para ABK dan nahkoda yang sedang diinterview. Setelah dilarang Dia pun mematikan kameranya.
“Mereka (ABK dan Nahkoda) menghampiri saya minta dihapus rekaman video saya. Ada 4 orang ini seperti mau nyerang saya. Tapi saya tidak tau pasti relawan atau dari petugas yang teriak karena mereka tidak ada yang nagaku, setelah itu dipisah oleh petugas TNI AL,” cerita Dani.
“Ada juga yang ngomong (nahkoda), ‘apa saya perlu bawa bensin (didepak petugas)’. Kenapa saya dilarang. Pemrintah aja terbuka terkait wabah ini,” tegasnya.
“Kejadiannya spontan. Setelah ada teriakan petugas medis yang melarang untuk meliput kegiatan tersebut. Jadi nahkoda dan kawan-kawannya datang seolah mau ngeroyok setelah mendengar teriakan larangan meliput,” tambahnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, ke-12 ABK dan nahkoda juga sebelumnya sudah ada gesekan dengan petugas dan satpam di dermaga.
Sumber : IJTI BABEL.