Laporan Baim
BALI – Sailing pass merupakan tradisi angkatan laut dari seluruh personel KRI TNI AL terhadap para tamu negara dan delegasi negara sahabat yang hadir dalam forum Presidensi KTT G20 di Bali.
Ke-14 KRI Satgasla Pengamanan VVIP tersebut di bawah komando Pangkoarmada II Laksamana Muda TNI TSNB Hutabarat, selaku Dansatgasla.
Panglima Komando Armada II Laksamana Muda TNI .TSNB Hutabarat, M.M.S.,yang didampingi Dansatfib Koarmada II Kolonel Lukman, DanKRI Bimasuci Letkol (P) M.Sati Lubis, beserta para taruna AAL berkesempatan membawa rombongan pelajar dan Insan Pers ikut berlayar guna melihat dan menyaksikan secara langsung belasan Kapal Perang Milik TNI AL, meggunakan KRI BIMASUCI.
Dijelasknnya, KRI Bimasuci adalah salah satu kapal terbesar yang masih beroperasi dengan panjang keseluruhan 111,2 meter, di buat di Freire Shipyard Vigo, Spanyol pada tahun 2016 dan bergabung dengan Angkatan Laut Indonesia pada 12 September 2017, dan sebagai penerus kapal tiang tinggi Indonesia sebelumnya KRI DEWARUCI,” terangnya.
“KRI BIMASUCI memiliki 3 misi utama yaitu sebagai ambassador persahabatan antar negara, penampilan budaya, dan sebagai kapal latih bagi para taruna Akademi Angkatan Laut,” jelasnya.
Tujuan utama, para taruna berlayar dengan kapal ini untuk belajar tentang Navigasi Astronomi. Selain itu, di kapal ini diajarkan juga cara menjalin persahabatan internasional tanpa memandang siapa kalian dan asal kalian, dan juga kapal ini diharapkan dapat membentuk taruna yang tanggap, tanggon dan trengginas,” ungkapnya.
“untuk ke 14 KRI merupakan unsur Satgasla TNI Angkatan Laut yang menggelar Sailing Pass di Perairan Bali, yang merupakan Satuan Tugas Laut Pengamanan VVIP Forum G20 Presidensi di Bali,” jelasnya.
Kapal Perang TNI Angkatan Laut yang mengikuti Sailing Pass menuju sektor sekat yang sudah ditentukan untuk meminimalisir, mencegah, mendeteksi dan meniadakan ancaman dan memastikan setiap sektor aman serta tidak ada ancaman bahaya apapun,” pungkasnya.
Awak media inipun berkesempatan melihat dan membaca pesan penting Pangkoarmada II yang terpajang di ruang Perwira.
Berikut pesannya, “Kondisi yang tidak baik menciptakan orang yang tangguh, Orang yang tangguh menciptakan keadaan yang nyaman, kondisi nyaman menjadikan manusia tidak tangguh, manusia tidak tangguh menjadikan manusia tidak baik. Agar kita tetap tangguh dalam kondisi yang dinamis, biasakanlah hal yang benar, bukan membiasakan kebenaran”.