Laporan jurnalis Ibrahim
Posberitanasional.com, 29/2/2020, PANGKALPINANG – Kongres Umat Islam Indonesia VII telah berakhir, para peserta kongres selama mengikuti giat maupun usai giat berlangsung dapat mengenal lebih dekat Provinsi Kep Babel khususnya kota Pangkalpinang yang merupakan Kota kebanggaan masyarakat Babel, dikenal dengan kota seribu senyum, telah memberikan kesan tersendiri bagi para peserta yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, Jumat (28/2/2020).
Prof. Dr. Ir. H. Chablullah Wibisono, MM., Utusan yang berasal dari MUI Kepri (Kepulauan Riau) dan juga Rektor Universitas Batam (UNIBA) bersama Dr.M.Juni Ketua STAI Ibnu Sina Batam di depan awak media Posberitanasional.com mengatakan, “mengapresiasi Gub Prov Kep Babel dan Walikota Pangkalpinang yang telah dengan setia melayani sejak dibukanya kongres hingga penutupan, seluruh peserta selama di Babel tanpa terkecuali semua terlayani dengan baik, semoga provinsi lain dalam kongres selanjutnya minimal bisa menyamai bahkan melebihi,” ucapnya bangga.
Saat disinggung tentang pelaksanaan kongres dikatakan Prof. Dr. Ir l. H. Chablullah Wibisono, MM., “agenda KUII VII merupakan rangkuman dari semua kekuatan Islam yang terdiri dari berbagai Ormas, perguruan tinggi, bersatu untuk mengambil suatu keputusan strategi demi membangun negara dengan meluruskan faham-faham yang seolah-olah menyatakan Islam itu radikal, Islam bertentangan dengan Pancasila. Itu harus diluruskan, bila didiamkan seolah-olah benar statement itu, karena pendiri NKRI dan perumus Pancasila banyak para ulama maka diletakkanlah Ketuhanan Yang Maha Esa paling atas. Bukan tidak ada maksud dari sila pertama hingga sampai sila kelima semua terintegrasi dengan ruh Ketuhanan Yang Maha Esa,” jelasnya.
Lanjut dikatannya, “silahkan ditafsirkan istilah Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing, karena tidak ada paksaan dalam agama yang benar dan yang salah. Jelas masih banyak pemikiran-pemikiran yang justru bertentangan, mengaku Pancasila justru bertentangan dengan Pancasila,” ungkapnya.
“Ketika saya jadi narasumber pada kegiatan Bela Negara bersama-sama dengan Fakultas Pertahanan, saya katakan bahwa untuk kekuatan ekonomi harus diperbanyak pasar tradisional bukan pasar mal-mal. Kalau mal-mal itu berbasis kapitalis mendorong orang untuk berperilaku konsumtif walaupun gajinya kecil ingin hidup mewah, lebih bagus pasar tradisiona jangan benturkan pasar dengan mall, bila hal tersebut terulang kembali bisa dikatakan tidak Pancasilais. Di Pancasila itu ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ternyata masih ada yang berpikiran tidak sesuai dengan ruhnya Pancasila walaupun sering teriak NKRI harga mati Pancasila harga mati, tapi nyatanya sila-sila yang dipelajari dalam Pancasila tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki di dalam Pancasila itu sendiri,” ujarnya.
Jadi ekonomi Islam satu nafas dengan ekonomi kerakyatan. Makanya ada bank Syariah yang pemiliknya kebanyakan non Muslim dan itu boleh sebuah sistem terobosan ekonomi. Karena di situ ada efisiensi, tidak ada bunga tapi adanya bagi hasil. Ini juga merupakan terobosan-terobosan lompatan ekonomi yang merupakan rekomendasi hasil kongres ini,” jelasnya.
“Dengan adanya Kongres Umat Islam ini, Umat Islam harus tetap bersatu dan sudah menjadi kesepakatan dari sila Pancasila dan sepakat jangan pernah ragu, umat Islam sepakat Pancasila merupakan dasar negara Idiologi Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945. Bukan sepakat saja, akan tetapi harus diisi dengan pembangunan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila jangan ragu. Umat Islam harus sepakat karena Fatherfoundingnya banyak para ulama,” ungkapnya.
Islam harus membuat 1 partai, bertujuan untuk mengabulkannya harus melalui jalur politik, politik intinya kekuasaan. Bila diisi orang yang tidak paham toleransi, keadilan ya akhirnya keadilan menurut versi dia itulah yang paling benar. bukti benar dan salahnya tentu setelah ada kejadian.
Dikongres ini dari MUI Kepri mendukung apa yang sudah disampaikan para pembicara, kemudian juga pulang-pulau terluar juga perlu dilindungi karena disitu rawan intervensi. kami saja berbatasan dengan 5 negara, Singapura, Johor, Vietnam, Thailand dan Cina,” ujarnya.
Kemudian kemandirian pangan, Sekarang yang kita konsumsi banyak impor, gula impor, beras impor, durian impor, durian Thailand, daging sapi impor. Apa yang tidak impor sampai nama juga diimpor, jambu Bangkok, ayam Bangkok, Kalau kita mau membela negara, kita harus punya kemandirian pangan. Kepri itu kalau dia ada Embargo tidak ada subtitusi pengganti makanan. Jangang berhenti disitu. Jadi kalau embargo beras dari Thailand, kita masih bisa makan sagu. Kalau tidak kita akan lemas sendiri. Tapi siapa yang membela negara kalau sudah lemas. Itu yang harus ditanamkan.
Selanjutnya pendidikan ini sangat penting, Pendidikan harus menghasilkan ulil akbar, maka harus digabungkan Universitas dengan pesantren, atau unviersitas dengan ilmu agama. Maka akan hadir sosok seperti Bapak Ibnu Sina Bapak Kedokteran, Bapak ekonomi. Kalau hanya ilmu pengetahuan akan sekuler, tidak pancasilais. Pancasila bukan sekuler tapi ilmu agama,” tutupnya.