PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN LANJUT USIA

OLEH : Ns. Tajudin, S.Kep.,M.M.,
( Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang/ Ketua DPD PPNI Kota Pangkalpinang )

“KOMUNIKASI adalah suatu ilmu dan seni penyampaian suatu pesan dari komunikator(pemilik pesan) kepada komunikan(penerima pesan), sehingga tercapai suatu pengertian bersama, sehingga dengan komunikasi dapat memperbaiki kesehatan fisik, mental dan sosial begitu juga sebaliknya “

Komunikasi dalam profesi keperawatan sangatlah penting sebab tanpa komunikasi pelayanan keperawatan sulit untuk diaplikasikan. Dalam proses asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart, G, W., dalam Suryani, 2005). Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komunikasi terapeutik merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komunikasi terapeutik berlangsung secara verbal dan non verbal (Wahyu Purwaningsih & Ina Karlina, 2010). Hubungan perawat dan klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar yang bermakna dan pengalaman memperbaiki emosional klien.

Perawat menggunakan atribut-atribut yang ada pada dirinya dan tehnik keterampilan klinik yang khusus dalam bekerja bersama dengan klien untuk perubahan perilaku klien. (Herman Ade, 2011). Menjadi tua (Menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia.

Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013: 6). Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO), ada empat tahapan yaitu ;

1)Usia pertengahan (Middle Age) usia 45-59 tahun, 2)Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun, 3)Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, 4)Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun. (Kushaiyadi, 2010:2).

Perubahan Akibat Proses Menua, antara lain; Perubahan Fisik dan Fungsi; Perubahan Mental, Perubahan Psikososial. Perubahan-perubahan tersebut salah satunya berdampak pada proses komunikasi yang terjadi pada lanjut usia.

Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain, pertukaran ide dan pikiran (Kozier & Erb, 1995.,dalam Herman Ade, 2011:85). Tenaga kesehatan khususnya perawat harus mampu memahami tehnik-tehnik dalam berkomunikasi dengan pasien lanjut usia, diharapkan komunikasi yang dibangun oleh perawat sebaiknya dapat dijadikan sebagai terapi bagi pasien, termasuk pasien lanjut usia yang lebih dikenal dengan istilah komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah proses komunikasi dengan pendekatan yang direncanakan, berfokus pada pasien dan dipimpin oleh seorang professional.

Komunikasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara pasien dengan perawat.Komunikasi terapeutik harus menjamin kerahasiaan informasi mengenai pasien. (Northose, 1998., dalam Lalongkoe & Edison, 2014).
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat-klien. Perawat berusaha untuk mengungkapkan perasan, mengindentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Herman Ade, 2011).

Proses komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan. Sedangkan pada tahap preventif kegunaanya untuk mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap diri pasien (Herman Ade, 2011).

Sifat Hubungan Terapeutik, Tujuan hubungan perawat-pasien adalah (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Herman Ade, 2011:88)
1. Kesadaran diri, penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan diri.
2. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integritas pribadi.
3. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan interpersonal denga kapasitas member dan menerima cinta.
4. Meningkatkan fungsi dan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realitis.

Untuk mencapai tujuan, perawat harus memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan, persepsi, dan pikirannya. Perawat juga harus mengidentifikasi, meningkatkan kekuatan ego klien dan mendukung hubungan dengan keluarga. Area konflik dan kecemasan diklarifikasi. Masalah yang berhubungan dengan komunikasi diperbaiki dan prilaku maladaptif dimodifikasi. Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi yang dilakukan sehari – hari pada aktivitas sosial.

Sikap Petugas/ Perawat Dalam Komunikasi Teraupetik. Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik sehingga dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik (Egan cit. Keliat, 1992.dalam Herman Ade, 2011:92) :
1. Berhadapan
Sikap ini menunjukkan kesiapan dalam melayani dan mendengarkan keluhan klien.
2. Mempertahankan kontak mata
Sikap ini menandakan kita menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi serta dapat dipercaya.
3. Membungkuk kearah klien
Sikap ini menunjukan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan semua apa yang dikatakan oleh klien.
4. Mempertahankan sikap terbuka
Pada saat berkomunikasi dengan klien kita jangan melipat kaki atau menyilangkan tangan. Hal ini menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu klien.
5. Tetap Rileks
Tetap bersikap tenang, meskipun pada situasi tidak menyenangkan. Perawat harus bisa mengontrol ketegangan, kecemasan dan relaksasi dalam berkomunikasi dengan klien

Prinsip – prinsip komunikasi terapeutik yang harus diterapkan agar mendapatkan atau mencapai hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut (Musliha & Siti, 2010) :
1. Menjadikan klien sebagai fokus yang utama dalam interaksi.
2. Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman.
3. Mempergunakan sikap membuka diri hanya tujuan terapeutik.
4. Menerapkan prilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik.
5. Menghindari hubungan sosial dengan klien.
6. Harus betul – betul menjaga kerahasian klien.
7. Mengimplementasikan intervensi berdasarkan teori.
8. Mengobservasi respons verbal klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari perubahan subjek atau topik jika perubahan ini topik bukan sesuatu yang sangat menarik bagi klien.
9. Memelihara hubungan atau interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku dan memberi nasihat klien.
Strategi Komunikasi Terapeutik.Memberikan asuhan keperawatan khususnya berada di pelayanan kesehatan sangat diperlukan adanya strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilaksanakan setiap hari. Adapun strategi yang dimaksud adalah strategi komunikasi terapeutik. Strategi tersebut dapat dilakukan oleh perawat atau bidan (Priyanto Agus, 2009).

Kesimpulannya, penerapan komunikasi terapeutik pada pasien lansia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Berpusat pada klien lansia, menghargai klien lansia sebagai individu yg unik & bebas, meningkatkan kemampuan klien lansia utk berpartisipasi aktif dlm mengambil keputusan mengenai pengobatan & perawatannya, Menghargai keluarga, kebudayaan, kepercayaan, nilai-nilai hidup dan asasi lansia, Menghargai privasi dan kerahasiaan lansia, saling percaya, menghargai dan menerima.