OLEH : Ns.TAJUDIN, S.Kep.,M.M
( Dosen Jurusan Keprawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang / Ketua DPD PPNI Kota Pangkalpinang )
“ Dengan berdzikir, hati seseorang akan lebih tentram. Penerapan terapi religius dzikir dapat menurunkan gejala psikiatrik.mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, mengurangi penderitaan, meningkatkan proses adaptasi mengontrol suara suara yang tidak nyata “
Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak pada nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Disisi lain tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress tersebut (Zelika & Dermawan, 2015). Individu yang tidak dapat menghadapi stressor yang ada pada diri sendiri maupun pada lingkungan sekitarnya dan tidak mampu mengendalikan diri termasuk dalam individu yang mengalami gangguan jiwa (Nasir & Muhith 2011,h 2).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa satu hingga dua orang per 1.000 penduduk. Diperkirakan sekitar empat ratus ribu orang yang mengalami skizofrenia. Dari jumlah tersebut sekitar lima puluh tujuh ribu orang pernah atau sedang dipasung. Hasil penelitian menunjukkan sekitar 80% pasien yang dirawat dengan gangguan skizofrenia yaitu 25% pasien skizofrenia dapat sembuh, 25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi berat ( Rahmawati, 2014).
Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal enam bulan dan mencakup setidaknya satu bulan gejala fase aktif. Sementara itu gangguan skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis, menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan masalah, dan sosial) (Hendarsyah, 2016).
Terapi modalitas adalah terapi kombinasi dalam keperawatan jiwa antara berbagai disiplin ilmu baik psikologi, kedokteran jiwa, dan keperawatan jiwa dimana perawat jiwa memberikan praktik lanjutan untuk menatalaksanakan terapi yang digunakan oleh pasien gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain terapi individu, terapi lingkungan, terapi biologis atau terapi somatic, terspi kognitif, terapi keluarga, terapi perilaku, terapi bermain, terapi spiritual (Yosep, 2008).
Terapi spiritual atau terapi religious yang antara lain Dzikir, apabila dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan rileks. Terapi dzikir juga dapat diterapkan pada pasien resiko perilaku kekerasan, karena ketika pasien melakukan terapi dzikir dengan tekun dan memusatkan perhatian yang sempurna (Khusu’) dapat memberikan dampak saat tanda gejala muncul pasien bisa menghilangkan rasa marah atau jengkel dan lebih dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi dzikir (Endah, 2013).
Penerapan terapi psikoreligius Dzikir masih belum terlaksana dengan optimal dan terapi komplementer masih terfokus pada kegiatan terapi aktifitas kelompok (TAK), sementara terapi keagamaan (pengajian umum) dilaksanakan pada setiap hari jumat di ruang rehabilitasi.
Penelitian wahyu CH (2014) tentang Pengaruh Terapi Religius Dzikir terhadap Kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang dengan Hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon menunjukkan ada pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran diperoleh nilai p-value = 0,000, karena nilai p<α (0,05) sehingga dapat disimpulkan terapi religius zikir berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Terapi psikoreligius berdzikir menurut bahasa berasal dari kata “dzakar” yang berarti ingat. Dzikir juga diartikan “menjaga dalam ingatan”. Jika berdzikir kepada Allah artinya menjaga ingatan agar selalu ingat kepada Allah ta’ala. Dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan Al-Qur’an dan hadits dengan tujuan mensucikan hati dan mengagungkan allah.
Menurut ibnu abbas ra, dzikir adalah konsep, wadah, sarana agar manusia tetap terbiasa dzikir (ingat) kepada-Nya ketika berada diluar sholat. Tujuan dari dzikir adalah mengagungkan allah, mensucikan hati dan jiwa, mengagungkan Allah selaku hamba yang bersyukur, dzikir dapat menyehatkan tubuh, dapat mengobati penyakit dengan metode Ruqyah, mencegah manusia dari bahaya nafsu (Fatihuddin, 2010).
Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa pemahaman dan penafsiran yang salah terhadap agama dapat mencetuskan terjadinya gangguan jiwa skizofrenia, yang dapat diamati dengan adanya gejala-gejala waham (delusi) keagamaan atau jalan pikiran yang patologis dengan pola sentral keagamaan. Dengan terapi psikoreligius ini gejala patologis dengan pola sentral keagamaan tadi dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat dipulihkan kembali ke jalan yang benar.
Di dalam ajaran agama (Islam) adanya penyakit itu dianggap sebagai suatau cobaan dan ujian keimanan seseorang, oleh karenanya orang harus bersabar dan tidak boleh berputus asa untuk berusaha mengobatinya dengan senantiasa berdoa memohon pertolongan Allah SWT. Beberapa ayat dan hadits berikut sebagai contoh sesuai dengan keyakinan agama (Islam), misalnya:
a. “Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS, 2 : 155)
b. “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). Yaitu, mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hati mereka dan sabar atas ujian yang menimpa mereka.” (QS. 22 : 33-35)
c. “Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. 2 : 153)
d. “Dan, bila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan.” (QS. 26 : 28)
e. “Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammad saw bersabda: “Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya (karena banyaknya) kecuali Allah akan hapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
f. “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah SWT, penyakit itu akan sembuh.” (HR. Muslim dan Ahmad)
g. “Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah SWT tidak mendatangkan penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua.” (HR. at Tirmidzi)
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka bagi umat yang beragama berdoa dan berdzikir (mengingat Tuhan) di kala sedang menghadapi musibah (penyakit) merupakan upaya yang amat dianjurkan guna memperoleh ketenangan dan penyembuhan penyakit.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Snyderman (1996) yang berkesimpulan, “Terapi medis tanpa dzikir, tidak lengkap. Doa dan dzikr saja tanpa terapi medis tidak efektif”( Hawari Dadang, 2017).