KELIHAIAN MEMAINKAN WAYANG JADI BRANDING PROFIL KH. Drs. USMAN RIDLO SEBAGAI USTADZ KONDANG

Laporan Redaksi

TEMANGGUNG, POS BERITA NASIONAL,Pandu Suwargo menjadi tema pengajian akbar kyai kondang dari Temanggung yang dengan gaya kocaknya memerankan sebagai dalang di panggung pengajian di desa Gedongsari Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.

Saat pewayangan adegan goro-goro, KH. Usman Ridlo kembali membuat hadirin tertawa mendengar kelucuan sang punokawan yang  didalanginya.
Ia membeberkan lakon Pandu Suwargo dengan filosofi yang diajarkan yaitu seorang anak yang ingin berbakti kepada orangtuanya dengan amal dan sedekah serta doa agar orangtuanya diterima menjadi penghuni syurga.
Kyai Kondang asal Temanggung Jawa Tengah, K.H. Drs. Usman Ridlo semakin digemari masyarakat dengan gayanya saat pengajian.
Mantan dosen sebuah Universitas Islam di Jawa Tengah ini tak hanya diundang di wilayah Jawa Tengah saja, tetapi permintaan dari luar jawapun sampai tidak kebagian jadwal sehingga harus mendaftar beberapa bulan sebelum nya.


Kendati bukan dari lulusan sekolah pedalangan, tetapi Usman Ridlo begitu menguasai seni pedalangan termasuk filosofinya.
“Wayang sebagai Budaya adiluhung perlu terus dilestarikan agar tidak punah atau bahkan di klaim Negara tetangga sebagai warisan nenek moyang mereka. Karena itu melalui pengajian dengan media wayang, akan mendapatkan dua manfaat yaitu menyampaikan tausiyah, syiar dan dakwah islamiyah serta memberikan hiburan melalui penampilan seni budaya”, kata Usman.
KH. Usman Ridlo menandaskan bahwa Al Qur’an dan Haditz telah menerangkan, salah satu cara menemukan kebahagian hidup adalah bersedekah atau sodaqoh. Konsep bersedekah tidak semata berarti memberikan sumbangan uang, tetapi apa yang kita miliki, baik harta benda, ilmu, jasa dan lainnya termasuk bergotong royong memakmurkan masjid.
“Tidak ada dalilnya baik di Al Qur’an maupun Haditz orang menjadi miskin karena bersedekah, justru sebaliknya dengan sedekah akan menjadi bahagia hidupnya”, tegasnya.
Dikatakan lanjut, berbhakti kepada orang tua dan mengingat seribu hari meninggalnya dengan mengundang sanak family terdekat untuk bermuajahah, tahlil dan meningkatkan persaudaraan serta mempertahankan persatuan dan kesatuan seperti malam mini dilakukan keluarga besar Harjo Parlan Gedongsari, merupakan amalan bersedekah.

“Sedekah juga sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah karena telah diberikan kelebihan rezeki. Pastinya, semakin banyak harta yang disedekahkan, maka semakin banyak pula keutamaan yang akan diperoleh”, ungkap nya melalui adegan pewayangan.

Sosok pengurus lembaga Nahdlatul Ulama di Temanggung menandaskan lagi bahwa, berbuat kebaikan tanpa pamrih tentu saja harus dibarengi dengan niat ibadah yang ikhlas.
“Ikut aktif memakmurkan masjid, bertingkah laku baik guyub rukun dan menjadi ahli ibadah, berbakti pada orang tua, menegakkan Sholat serta meninggalkan maksiat, adalah bekal utama memasuki pintu syurga”, pungkasnya. (Sumber : Budhy HP – Citizen Journalist)