Penulis : Akhmad Hasyim fikri
Ketua umum komisariat persiapan Polman Babel
Mengemban status menjadi mahasiswa adalah satu tanggung jawab besar
bagi keberlangsungan kemajuan bangsa,begitulah kata-kata yang keluar
dari seorang motivator terkenal.Dan juga seorang berkata bahwa menjadi
mahasiswa adalah anugrah yang Diberikan Tuhan, karena tidak semua
pemuda atau pemudi diberikan kesempatan untuk mereguk dalamnya ilmu pengetahuan. Memahami apa yang di maksud di atas kita mungkin bertanya.
Apa itu mahasiswa? dan kenapa selogan mahasiswa itu terlalu di agung-agungkan di setiap kalangan?
Dalam perkembangan sejarah lahirnya negara indonesia, peran mahasiswa
banyak sekali ikut andil di dalamnya.Dari mulai memperjuangkan dan
memproklamirkan kemerdekaan, lanjut ke orde lama zaman Soekarno,kemudian orde baru zaman Suharto, dan juga zaman reformasi sampai saat sekarang. Melihat fakta di atas sudah sepantasnya lebel mahasiswa selalu di agung- agungkan di mata masyarakat Indonesia.
Mungkin karena mahasiswa adalah wakil dari Tuhan yang mensejahterakan rakyat-rakyat kecil sesuai dengan dua kata yang ada yaitu;“Maha” dan “Siswa” yang artinya “wakil Tuhan”.
Tidak bisa dipungkiri bahwa peran yang mahasiswa ambil di dalam rentetan
sejarah Negara Republik Indonesia di atas adalah hasil dari banyaknya literasi yang mereka baca dan teliti.Misalnya pada Mei 1998 terjadi kondisi sosial politik,di mana para mahasiswa dan elemen-elemen lainnya bersatu padu menumbangkan otoriter rezim orde lama (Suharto) .
Menurut penulis Hal ini di dorong karena banyaknya literasi dan juga sikap mereka yang sadar dan peduli dengan kondisi pada saat itu.Sesuai dengan judul tulisan
ini yaitu: “Kurangnya Budaya Literasi Di Kalangan Mahasiswa Di Bangka Belitung Membuat Mereka Bersikap Bodo Amat (Apatis) Terhadap Situasi Sekitar”.
Latar belakang mengapa penulis mengangkat judul di atas,adalah karena
akhir-akhir ini penulis merasa khawatir dengan mindset atau pola pikir
mahasiswa yang ada di provinsi Bangka Belitung khususnya.Bagaimana
penulis tidak merasa khawatir dengan kondisi tersebut,seorang mahasiswa
berkata kepada penulis, di saat penulis dan teman-teman mahasiswa
lainnya sedang duduk santai di warung kopi membicarakan isu-isu nasional
dan langkah-langkah pemerintah menanggapi isu-isu tersebut.di sela-sela
duduk santai itu,mahasiswa tersebut menyampaikan”kita mahasiswa tidak
usah mencampuri urusan pemerintah dalam mengelola negara,tugas kita
yaa tinggal belajar rajin-rajin kemudian kerja dan jadi orang sukses”.
Begitu simpelnya seorang mahasiswa mengatakan hal demikian,dan patut
disayangkan bila perkataan tersebut tercetus dari seorang yang sedang
menimba ilmu di perguruan tinggi atau yang di sebut dengan mahasiwa. Mahasiswa-mahasiswa seperti inilah yang penulis maksud adalah mahasiswa yang kekurangan literasi,di dalam mengemban status menjadi mahasiswa. Akibat dari kurangnya literasi tadi akan membuat kita bersikap bodo amat(Apatis) terhadap kondisi-kondisi di sekitar, bahkan timbul rasa tidak sadar dan peduli.Mahasiswa semacam itu adalah mahasiswa yang selalu mementingkan dirinya sendiri,bersifat materialisme,dan kurang melek dengan kondisi-kondisi sekitar.
Untuk menjadi orang sukses menurut hemat penulis tidak harus sekolah dan kuliah,kenyataan menyebut bahwa orang-orang kaya yang ada di luar sana, bahkan banyak yang tidak mengenyam bangku sekolah dan kuliah. Kita semua tahu bahwa mahasiswa adalah agent of control dari pemerintah,bahkan di dalam Tridharma perguruan tinggi termaktub, pendidikan ,penelitian,dan pengabdian kepada masyarakat.Kalau kita pahami isi tersurat dari Tridharma perguruan tinggi tersebut memerintahkan mahasiswa untuk mengabdikan ilmu yang ia dapatkan di perguruan tinggi kepada masyarakat luas,bukan hanya menghasilkan naskah ilmiah tanpa implementasi yang koheren dengan kondisi rakyat dan bangsa.
Maka perlu kita sadari bersama,bahwa yang namanya literasi seperti membaca buku,menulis opini dan lain-lain itu penting untuk seseorang yang sedang mengemban status menjadi mahasiswa. Karena dengan membudayakan hal itu kita akan lebih tau problematika dan situasi sekitar dan mendorong kita untuk memberikan sumbangsih untuk kemajuan
bangsa dan negara.Kalau meminjam kata-kata Tan Malaka “Bila kaum muda
yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan
pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan
hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali”
HIDUP MAHASISWA !!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA !!!