Oleh: [Gen Z Pangkalpinang]
Setiap zaman melahirkan tantangan baru. Di tengah dinamika sosial dan perkembangan zaman yang serba cepat, masyarakat semakin haus akan sosok pemimpin yang bukan hanya mampu bicara, tetapi benar-benar bekerja dan menyentuh hati rakyatnya. Di Pangkalpinang, kota yang tumbuh di atas keberagaman dan semangat gotong royong, muncul kerinduan kolektif akan hadirnya pemimpin yang mampu menjadi jembatan harapan—menghubungkan impian warga dengan kenyataan yang layak diperjuangkan.
Kerinduan itu bukan tanpa sebab. Dalam beberapa tahun terakhir, geliat pembangunan terasa berjalan, namun masih menyisakan ruang kosong dalam hal kedekatan emosional antara pemimpin dan rakyat. Masyarakat rindu akan sosok yang memahami denyut nadi kehidupan sehari-hari, yang hadir bukan hanya saat seremoni, tetapi ada di saat rakyat membutuhkan. Bukan hanya pemimpin yang kuat dalam visi, tetapi juga hangat dalam aksi. Di sinilah nama purnawirawan jenderal mulai sering terdengar dalam percakapan warga Pangkalpinang—baik di ruang publik maupun dalam diskusi tertutup.
Beliau bukanlah nama yang asing bagi masyarakat Bangka Belitung, khususnya Pangkalpinang. Sebagai seorang purnawirawan jenderal, ia telah menorehkan perjalanan panjang dalam karier militernya, namun yang lebih menarik adalah bagaimana ia tetap membumi meski pernah berada di puncak hirarki kekuasaan. Ia dikenal sebagai pribadi yang tegas namun penuh empati, disiplin namun tetap hangat. Kombinasi ini menjadikan dirinya sebagai sosok yang unik—seorang pemimpin yang mampu menyatukan ketegasan dan ketulusan dalam satu tubuh.
Yang membedakan beliau dari banyak tokoh lainnya adalah keterlibatannya yang konsisten dalam isu-isu sosial kemasyarakatan. Di balik pangkat dan gelarnya, ia tetap aktif turun ke masyarakat, menyapa warga, mendengar keluhan nelayan, petani, hingga pedagang kaki lima. Ia tidak pernah menutup diri dalam menampung aspirasi, bahkan di usia pensiunnya, ia tetap menjadi tempat konsultasi banyak pihak, mulai dari tokoh adat, pemuda, hingga akademisi.
Sosoknya mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan yang saat ini terasa langka: berintegritas, visioner, dan merakyat. Beliau tak hanya berbicara tentang perubahan, tapi juga menunjukkan rekam jejak yang nyata dalam membina, membangun, dan memberdayakan. Dalam banyak kesempatan, ia menegaskan bahwa pembangunan tidak bisa hanya dilihat dari beton dan angka statistik, tapi dari perubahan kualitas hidup masyarakat. “Apa arti jalan yang lebar jika rakyat masih kesulitan mengakses pendidikan dan kesehatan?” begitu salah satu pernyataan beliau yang sangat membekas di benak banyak orang.
Pangkalpinang sebagai ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung punya potensi luar biasa—baik dari sumber daya manusia, budaya, maupun geografis. Namun potensi itu hanya bisa dioptimalkan jika dipimpin oleh orang yang paham medan, paham masyarakat, dan punya jaringan nasional yang kuat untuk membawa daerah ini ke panggung yang lebih luas memiliki semua modal itu: pengalaman nasional, komitmen lokal, serta kecintaan mendalam terhadap tanah kelahirannya.
Lebih dari itu, ia memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan menyatukan. Dalam situasi sosial-politik yang kerap terpecah oleh kepentingan, Pangkalpinang butuh sosok yang bisa menjadi “penenun” kebersamaan, bukan “pembelah” demi kekuasaan. Sosok yang tidak hanya kuat di atas kertas, tapi juga mampu merangkul semua elemen masyarakat tanpa pandang bulu. Dalam banyak forum, beliau selalu menekankan pentingnya kolaborasi dan keterbukaan, dua hal yang sangat relevan dengan tuntutan kepemimpinan modern saat ini.
Kerinduan masyarakat terhadap sosok jenderal bukanlah semata nostalgia akan kejayaan masa lalu, tetapi refleksi dari kebutuhan nyata akan hadirnya pemimpin sejati. Pemimpin yang tidak hanya mampu menyusun rencana lima tahun ke depan, tapi juga memahami warisan masa lalu dan tantangan hari ini. Sosok yang siap bekerja dari pagi hingga malam, bukan untuk mencari pujian, tetapi demi kemajuan dan kesejahteraan Pangkalpinang.
Tentu, panggilan untuk memimpin adalah keputusan besar. Namun melihat gelombang dukungan moral dan harapan yang terus menguat dari berbagai elemen masyarakat—tokoh adat, komunitas muda, pelaku UMKM, hingga akademisi—rasanya tidak berlebihan jika masyarakat berharap bersedia maju ke garis depan.
Karena dalam setiap masa, selalu ada satu sosok yang menjadi harapan, menjadi tumpuan, dan menjadi pemantik semangat bersama. Dan bagi masyarakat Pangkalpinang hari ini, sosok itu adalah jenderal. Bukan karena gelarnya, bukan karena pangkatnya, tapi karena kehadirannya yang nyata, ketulusannya dalam melayani, dan kecintaannya yang tak pernah pudar pada tanah kelahirannya.
Sosok yang dirindukan itu kini bukan lagi sekadar harapan, tapi mulai menjelma menjadi panggilan. Dan ketika Pangkalpinang memanggil, kami percaya—sosok jenderal akan menjawabnya, seperti ia selalu hadir, di saat rakyat membutuhkannya.