Laporan Jurnalis : Ibrahim
Posberitanasional.com, 1/8/19, TOBOALI – Kabupaten Bangka Selatan Pasca dugaan penganiayaan (kekerasan anak dibawah umur) terhadap DI (9) tahun murid TPA Al-Istiqomah Toboali, oleh JAM oknum anggota Polres Bangka Selatan (Basel), Kala itu mengemban tugas sebagai PS Kanit Binmas Polsek Airgegas.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Bangka Belitung (Babel) Sapta Qodria Mu’afi, Ketua Lembaga Psikolog Terapan (Lapter) Babel Wahyu Kurniawan dan Ketua Ikatan Media Online (IMO) Indonesia Rikky Fermana, berkunjung ke Markas Kepolisian Resort (Mapolres) Bangka Selatan. Sore sekira pukul 14.00 WIB Kamis, (1/8/2019)
Kedatangan mereka, dalam rangka untuk melaksanakan program pemulihan trauma (Trauma Healing) terhadap anak-anak TPA Al-Istiqomah Toboali dan DI korban dugaan penganiayaan oleh oknum anggota Polres Basel. Dan kegiatan Trauma Healing ini difasilitasi oleh Kapolres Bangka Selatan, AKBP Aris Sulistyono.
Sebelum melaksanakan kegiatan tersebut, kedatangan tim Trauma Healing Babel diterima langsung oleh Kapolres Bangka Selatan AKBP Aris Sulistyono didampingi Kasat Reskrim Basel AKP Albert DH Tampubolon.
Didalam pertemuan tersebut Ketua KPAD Babel menyampaikan program trauma healing harus dilakukan untuk melihat keadaan psikologis anak-anak setelah kejadian terhadap institusi Polri.
” Kami minta bantuan pak Kapolres agar kegiatan trauma healing didampingi oleh anggota polki dan polwan berseragam agar kami bisa melihat psikologis anak ketika polisi berada dilingkungan TPA tersebut ” Kata Sapta saat itu kepada Kapolres Basel, Kamis (1/8/2019).
Akbp Aris Sulistyono Kapolres Basel menyampaikan bahwa saat ini oknum anggotanya JAM sudah diperiksa oleh Propam Polda Babel dan akan dikenakan sanksi.
” izin untuk JAM sekolah capa sudah pasti tidak bisa karena otomatis tidak saya tandatangani dan penundaan pangkat sudah pasti, dan pidana umumnya, belum lagi sanksi sosial yang dialami oleh keluarga JAM, dan sampai saat ini belum ada TPA yang mau menerima anaknya JAM ,” Beber Aris.
Mendengar sangsi sosial yang dialami oleh JAM dan keluarganya, menjadi perhatian serius bagi KPAD Babel untuk melakukan asesmen kepada TPA yang ada di Toboali agar permasalahan tidak berlarut-larut.
Sekitar pukul 14.30 wib usai pertemuan, tim rombongan Trauma Healing bergegas menuju ke TPA Al Istiqomah beralamat jalan AMD,
Atas seizin Kapolres Basel memerintahkan Kasat Reskrim AKP Albert DH Tampubolon bersama Bripda Agus, Bripda Amiral dan Bripda Dian mendampingi Ketua KPAD Babel dan rombongan.
Pantauan awak media yang tergabung di HPI & IMO Indonesia Babel, tampak dilapangan sebagian anak-anak TPA Al-Istiqomah sedang bermain dihalaman dan diteras TPA. Anak-anak dengan spontan menghampiri rombongan sembari menyalami dan mencium satu persatu tangan rombongan, dan tidak ada raut wajah ketakutan terhadap anggota polisi yang menghampiri mereka, Anak-anak TPA tersebut malah sempat bersenda gurau dengan AKP Albert DH Tampubolon dan Briptu Agus.
Keceriaan dan canda tawa anak-anak TPA Al-Istiqomah dengan anggota Polres Basel, bahkan tidak sungkannya kumpulan anak TPA Al-Istiqomah yang sedang bercanda dengan Kasat Reskrim Polres Basel AKP Albert DH Tampubolon dengan spontan merayu minta ditraktir dibelikan Es bungkus, dan Albert menggabulkan dan mempersilakan seluruh anak-anak TPA Al-Istiqomah mengambil es bungkus yang berada diatas sepeda motor, tak pelak anak-anak satu persatu langsung antri untuk mendapatkan es bungkus dari kasat Reskrim Polres Basel.
Seorang psikolog, Wahyu Kurniawan,S.Psi,M.Psi Ketua Lapter Babel mengajak anak-anak bermain meniru apa yang dilakukan oleh Wahyu untuk melihat psikologis anak-anak ketika diajak bermain dengan anggota polisi. Dan diakhiri permainan ditutup dengan pertanyaan siapa yang ingin jadi polisi? Hampir sebagian anak-anak laki-laki dan perempuan banyak bercita-cita ingin menjadi Polisi. Hingga rombongan melanjutkan mengunjungi rumah korban DI (9) tahun.
Ketua Lapter Babel Wahyu Kurniawan mengatakan,
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan trauma healing terhadap anak anak yang melihat kejadian, adanya kekerasan yang dialami di depan anak anak di TPA agar jangan takut ke TPA dan belajarlah sebagaimana mestinya.” Jelas Wahyu dihadapan Para awak media.
Lebih lanjut dijelaskannya, ” hal lain juga kami berupaya agar korban segera kembali ke TPA sebagaimana mestinya, namun kegiatan trauma healing tidak bisa dilakukan secara berlanjut dikarenakan korban sedang pemulihan pasca sunat yang baru dilakukan selama dua hari ini,” jelas Wahyu.
Menurutnya, proses trauma healing ini tidak bisa dilakukan satu kali saja karena anak masih menyimpan trauma, dan hal ini dikarenakan korban masih teringat dengan pelaku dan perlakuan itu pula di lakukan di depan anak anak yang lain. Korban masih merasa malu dan takut seolah olah di bayang bayangi adanya pelaku.
* Namun dari hasil observasi dan wawancara pada korban. Korban saat ini mulai berani tampil, bicara dengan orang banyak walaupun masih sekali sekali merasa takut. Harapan kami kejadian ini tidak kembali terulang karena anak adalah generasi bangsa yang perlu di lindungi, ” Pungkas Wahyu.