Laporan jurnalis Ibrahim
Posberitanasional.com, 01/3/2020, Jakarta – Program Pembangunan Pertanian Indonesia saat ini memasuki masa transisi generasi dan transformasi teknologi harus mendapat pengawalan dan pendampingan dari pemerintah, suka tidak suka petani indonesia harus mengikuti kemajuan sistem usaha tani dan peran serta pemerintah sebagai regulator dan fasilitator menjadi sangat vital, hal itu disampaikan Arif Budiman selaku praktisi pertanian penemu Varietas Padi Melur, saat ini dikembangkan di Kabupaten Kulonprogo Jogyakarta dan Kabupaten Nagakeo Nusa Tenggara Timur, Minggu (01/3).
Arif menuturkan berbagai tantangan dan peluang sektor pertanian khususnya komoditas pangan dan hortikurtura harus mendapat perhatian dan sentuhan kebijakan yang khusus dari pemerintah, petani sub sektor pangan sering mengalami tekanan mulai di on farm hingga off farm,” terang Alumnus Gajah Mada.
“Kami sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang tinggi dengan Program Menteri Pertanian, SahrulYasin Limpo, yang menerapkan Program KUR untuk pemberdayaan petani sebagai modal usaha, namun menurutnya agar program ini efektif dan efisien harus sungguh-sungguh dikawal mengingat petani komoditas tanaman pangan seperti padi dan sayur mayur rentan mendapat tekanan dan gangguan baik itu iklim dan terutama harga jual produksi,” ucapnya.
“Kita sangat mensyukuri anugerah luar biasa dari yang maha kuasa untuk negeri negeri ini yang memiliki keistimewaan hampir sempurna dibanding negeri lain, banyak varietas tanaman sub tropis dapat dibudidayakan dan berproduksi dengan baik seperti buah-buahan dan sayur mayur, persoalannya dukungan lembaga riset kita sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan petani, contohnya Apel dan Anggur, hingga saat ini kita sudah memiliki 100 varietas termasuk yang baru-baru ini dilaunching Mentan dengan nama “Anggur Jan Etes” kata Arif.
Demikian juga jeruk saat ini di Kabupaten Malang ada 1200 hektar tanaman jeruk sunkis yang berkualitas tinggi dengan menghimpun petani yang dimotori anak-anak muda milenial, dapat menghasilkan ratusan juta rupiah setiap pekannya, ada juga kebun anggur di Probolinggo yang memadukan usaha agro wisata, petani’petani milenial ini harus mendapat dukungan pemerintah agar dapat melakukan usaha yang sama di wilayah lain, ekspor memang menjadi proritas untuk mendatangkan devisa namun kita jangan sampai kecolongan bahwa negeri kita ini dengan populasi 267 juta jiwa adalah pasar yang sangat potensial dan menjadi rebutan dari negara lain untuk memasok produksinya hingga saat ini impor hortikultura kita masih tinggi,” jelasnya.
Arif Budiman berharap, pengembangan buah lokal yang sedang giat dilakukan pemerintah dengan berbagai penelitian agar menghasilkan produktivitas yang tinggi harus diarahkan untuk mengisi kebutuhan pasar domestik seperti buah anggur, varietas impor yang satu ini, mulai ramai diperbincangkan karena munculnya daerah-daerah yang mampu membudidayakan buah anggur seperti di Probolinggo, khususnya sudah ada 100 varietas buah anggur termasuk “jan ethes” dimana rasanya luar biasa, kita berharap pemerintah mendukung petani anggur ini agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menekan impor,” harapnya.
Menurut Arif, buah anggur yang banyak digemari masyarakat, harus dipromosikan secara massif hingga mendorong petani untuk menanam dalam skala luas yang memiliki nilai ekonomi dan dapat mewarnai harga pasar serta menekan impor. Arif menjelaskan saat ini dibutuhkan petani-petani yang mau menanam secara luas apakah itu perorangan atau itu bersatu untuk membentuk Kelompok Tani dan Gapoktan yang lebih besar lagi,” katanya saat diwawancarai di Jakarta minggu (01/3).
Arif mengatakan konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia per kapita masih sangat rendah hanya 50 kg per kapita/tahun dibandingkan Singapura, Thailand sudah mencapai 150 -175kg. China lebih tinggi mencapai 250 kg/kapita per tahun, menurutnya rendahnya konsumsi buah dan sayur-sayuran dapat berdampak pada kualitas kesehatan dan stamina masyarakat.
Saat ini penduduk Indonesia mencapai 267 Juta orang yang artinya potensi pasar yang dimiliki sangat besar. Negara luar melihat potensi pasar Indonesia dan memasok produk mereka ke pasar kita, namun bangsa sendiri kurang melihat potensi ini , contohnya anggur bisa berbuah dimana saja, mulai dari dataran tinggi sampai dataran rendah bisa kita tanam.
Harapan saya mari kita bersama-sama mengawal program KUR membangun komoditas pangan dan buah-buahan menjadi fokus utama, kita kampanyekan kepada masyarakat bahwa kita punya yang lebih hebat daripada produk dari luar, fresh and healthy sekaligus membantu petani sendiri untuk meningkatkan ekonomi mereka,” tukas Arif.