Karantina Pertanian Tanjung Priok Gandeng Stakeholders Optimalkan Potensi Ekspor di Kabupaten Garut

Laporan Baim,Masanto

Garut – Upaya pencapaian untuk mendukung Program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks) Kementerian Pertanian adalah penyelenggaraan bimbingan teknis budidaya hingga penanganan pasca panen demi mendorong akselerasi ekspor. Tentunya, kolaborasi dengan berbagai stakeholders (pemangku kepentingan) akan mampu menyentuh semua lini dan memberikan solusi dari permasalahan budidaya serta ekspor yang dihadapi petani.

Kali ini, Karantina Pertanian Tanjung Priok menggandeng Direktorat Jenderal Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Garut serta Dewan Rempah Indonesia untuk memberikan bimbingan teknis kepada para petani, offtaker, eksportir dan penyuluh pertanian terkait budidaya jahe dan kapulaga berorientasi ekspor.

Acara yang dimoderatori oleh Dr. Masanto, S.P., M.Sc-Analis Perkarantinaan Tumbuhan Ahli Muda ini menghadirkan Ir. Beni Yoga Gunasantika, M.P.-Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Ir. Nur Eva Hayati, M.Sc-Koordinator Kelompok Tanaman Obat Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, serta Nuning Sutjiningsih Barwa-Ketua Bidang Pemasaran, Promosi dan Advokasi Dewan Rempah Indonesia sebagai narasumber.

Jahe dan Kapulaga merupakan dua dari 63 jenis komoditas tanaman obat binaan Direktorat Jenderal Hortikultura yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian.

“Arah kebijakan pengembangan tanaman obat ini meliputi perbaikan sifat fisik dan kimiawi tanah, pemantapan dan peningkatan produksi serta produktivitas, pengembangan kawasan tanaman obat di luar Jawa dan lahan rawa serta dengan pola kemitraan hingga mendorong Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk komoditas tanaman obat berorientasi ekspor,” papar Eva.

Selaku tuan rumah, Beni menyampaikan bahwa Jahe dan Kapulaga adalah dua dari tiga komoditas tanaman obat unggulan sejak lima tahun terakhir di Kabupaten Garut yang telah dikembangkan masing-masing di 11 dan 20 kecamatan.

“Sangat diharapkan satu per satu permasalahan yang sedang dihadapi petani jahe dan kapulaga seperti keterbatasan benih yang unggul dan akses permodalan, rendahnya pengetahuan terkait budidaya, masih konvensionalnya teknologi sarana dan prasarana usahatani, kurang memadainya infrastruktur pengairan dan akses distribusi produk serta tidak stabilnya produksi dan rendahnya mutu produk dapat terurai dan terselesaikan setelah adanya kegiatan ini,” ujar Beni.

Di era pandemi ini, Nuning memaparkan bahwa secara global Jahe dan Kapulaga dimanfaatkan sebagai super food untuk kekebalan tubuh selain bawang putih, cabai hijau, kunyit, lada hitam, kayu manis dan pala. “Tingginya nilai pasar global jahe dan kapulaga yang masing-masing mencapai 8,46 dan 67,4 miliar dolar Amerika Serikat, seharusnya menjadi pemicu kita untuk lebih termotivasi lagi meningkatkan produksi dan kualitas jahe serta memulai budidaya kapulaga yang intensif,” ajak Nuning.

Dalam sambutannya, Hasrul, S.P., M.P.-Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok menggarisbawahi bahwa penyelenggaraan bimbingan teknis ini merupakan bentuk kolaborasi implementatif antara Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura dan stakeholders lainnya dalam mendukung Program Gratieks, Gedor Hortikultura dan sekaligus Konstratani. “Kehadiran pemerintah sangat penting untuk merangkul petani dan eksportir serta semua stakeholders dalam meningkatkan produksi, kualitas serta nilai ekspor komoditas pertanian sebagai kontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi,” pungkas Hasrul.