Hampir Punah, Petani Gula Aren Butuh Regenerasi

Laporan : Jamaludin

Purwakarta, Pos Berita Nasional – Hingga kini petani gula aren dibawah kaki gunung Burangrang tepatnya di bukit Ciherang, desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta hampir punah.

Hanya seorang diri Oman (62) yang masih bertahan menyadap pohon nira (kawung) untuk diolah menjadi gula aren.

“Sehari dua kali, saya menyadap air bunga pohon nira. pagi disadap, siangnya diambil dan disadap lagi lalu diambil sore harinya. Saya menjalani hidup jadi petani gula aren ini sudah berjalan 30 tahun dan sampai sekarang tidak ada penerusnya,” ungkap Oman ketika dihubungi di tempat pengolahan gula aren miliknya di bukit Ciherang, Minggu (2/1/2022).

Lebih lanjut, dia pun menjelaskan, terkait proses pengolahan air bunga pohon nira menjadi gula aren sekitar 3 jam.

” Air bunga pohon nira ini asli tanpa dicampur apa – apa, pertama direbus sekitar 2, 5 jam, kemudian dipindahkan ke tempat kuali atau belanga diaduk sampai kental. Setelah itu masukan ke cetakan, tunggu 10 menit agar beku dan bisa dicopot dari cetakan,” ungkapnya.

Dia menambahkan, saat ini dirinya mengolah atau memproduksi gula aren hanya sekitar 50 gandu (cetakan) per harinya.

Ketika ditanya kemana dalam memasarkan gula aren tersebut, dia menuturkan, membawa hasil produksinya ke kampung terdekat.

” Ada yang nampungnya terutama pedagang kue, saya jual 1O gandu ( 1 kg) Rp. 25.000,” tuturnya.

Seperti diketahui, gula aren berbeda dengan gula merah yang kandungannya biasanya dicampur dengan air tebu juga kelapa.

Selain itu, secara medis gula aren berkhasiat buat kesehatan tubuh berbeda dengan gula varian lain.

Tentunya juga sudah menjadi kewajiban pemerintah pusat maupun daerah untuk membantu memberdayakan dan melestarikan komoditas gula aren yang langka itu.