keluarga Minta Keadilan , Kematian prajurit TNI AU Prada Indra dinilai ‘janggal’.

Laporan Redaksi

Jakarta  – Dengan info yang didapat Kematian Prada Indra pada Jumat (18/11) di Biak, Papua, awalnya disebut karena “henti jantung akibat dehidrasi setelah bermain futsal”. Namun kemudian dinyatakan ada dugaan penganiayaan setelah pihak keluarga menemukan sejumlah kejanggalan ketika melihat jasadnya dianggap aneh atau janggal.

Dari situ, Khairul Fahmi dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) menduga “ada upaya menutup-nutupi” fakta sebenarnya dari kematian Prada Indra.

Kasus ini, sambung dia, juga menunjukkan masih ada “budaya lama untuk tidak mematuhi hukum” di tubuh TNI.

Memang masih harus diinvestigasi penyebabnya, tapi yang jelas itu kan mestinya disampaikan ke keluarga yang sebenar-benarnya. Ini bukan zaman di mana TNI bisa seenaknya atau bisa bertindak seolah-olah berada di atas hukum,” kata Fahmi.

Oleh sebab itu, Fahmi mendesak TNI tidak hanya mengusut penyebab kematian Prada Indra, namun juga menelusuri dugaan soal adanya upaya menutup-nutupi kasus ini.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsma Indan Gilang Buldansyah, membantah tudingan “menutup-nutupi kasus itu”.

TNI AU mengklaim tengah mengusut dugaan penganiayaan terhadap Prada Indra, yang disebut Indan terjadi “dalam proses pembinaan senior oleh adik-adiknya”.

Sebanyak empat orang telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan sejauh ini.

“Tidak ada TNI AU menutup-nutupi kejadian ini. Kami tidak mentolerir pelanggaran oleh oknum prajurit. Kami juga berkomitmen memberi sanksi tegas kepada oknum prajurit yang melakukan pelanggaran,” kata Indan melalui sambungan telepon kepada BBC News Indonesia.

Dihubungi terpisah, peneliti senior Imparsial, Al Araf, menduga kultur senioritas di tubuh TNI yang syarat kekerasan menjadi penyebab meninggalnya Prada Indra.

Dia turut mendesak kasus ini diusut tuntas “agar tidak berulang”.